Pernah ga sie merasa jenuh dengan pasangan?
Pacar, suami,istri,temen,sahabat atau bahkan kedua orangtua?
Kupikir itu suatu hal yang wajar dan ga salah. Pada kesempatan ini aku ingin sekali membagikan "kekurangajaran"ku ini tentang orang orang yang disuatu waktu pernah dirasakan sangat nyebelin,rese,dan sangat ga banget diajak berdiskusi..
Seperti saat ini. Aku padahal ga terlalu merasa sie klo pasanganku lagi bikin ulah k aku, tepatnya aku yang bikin ulah pada pasanganku. Aku ngerasa semakin hari semakin ga ada bahan untuk didiskusikan secara asik dengannya, entah jenuh entah bosen padahal kami sdh bersama melewati fase pernikahan selama kurang lebih dua puluh lima tahun.
Setiapkali aku merasa jenuh seperti saat ini, bawaannya pingin diem aja, malas debat. Semua kerjaan kuambil agar ga ada satupun kewajiban terbengkalai dan tak ada kesempatan buat dia buat nyalahin aku.
Kesempatan diem dieman ini kupakai untuk menulis. Di FB,diwa juga di blog pribadiku. Buka apa apa, hanya untuk ngisi waktu luang aja. Bahkan beberapa teman sdh tau keadaanku memberikan perhatian buat sedikitnya membuka jalan percakapan agar aku bisa curhat. Alih alih aku curhat, bahkan merekalah yang kemudian cerita tentang kerumitan hubungan mereka😅.
Dan aku, entahlah..kadang merasa sangat terbantu dengan hanya menuliskan ini. Meskipun mungkin sebagian yang baca akan menganggapnya Unfaedah tetapi biarlah.aku merasa sangat terbantu. Tidak ada kesempatanku untuk menghujat keadaan.
Disini aku bebas menulis apa aja. Meski demikian ada kala aku merasa mungkin aku butuh psikolog untuk mengatasi masalah masalahku ini.
Ach..psikolog mungkin juga bukan orang yang tepat untukku. Aku merasa baik baik saja meski kadang pingin nangis, pingin ketawa juga ngerasa pingin mati( klimak kebingunganku).
Sudah sekiankali keadaan seperti ini. Hanya karena masalah sepele padahal.
Aku Ibu rumahtangga dengan suami yang kariernya sangat cemerlang. Tak ada satu kekurangannya tetapi kadang upayaku untuk meraih bahagia bersamanya kurasa sangat jauh.
Aku blm tau yang kuinginkan sedangkan dia telah dg sangat berhasil merancang apa yang kami pernah impikan saat awal pernikahan.
Kami punya anak anak sehat dan lengkap, 3 laki laki dan seorang anak perempuan. Kurang apalagi?
Aku tak diperkenankan bekerja, katanya ga usah kerja, semua sdh bisa aku cukupi, kau didiklah anak anak kita agar nanti sukses seperti yang kita harapkan.
Merenungi kata katanya sekian malam ini rasanya aku sudah tiba dititik jenuh. Aku punya hidupku sendiri. Bukan untuknya, bukan untuk anak anak juga bukan untuk keluarga kami.
Aku butuh diriku, bukan secara materi tetapi jiwa yang bertumbuh didalam ragaku butuh rasa nyaman.
Aku butuh bahagiaku secara individu. Aku pribadi utuh yang ingin bahagia versiku..
Aku ingin bebas..
Bebas tapi tetap sopan. Berkarya dengan lepas tapi tahu aturan. Senajan rasa penuh dengan kegalauan.
Kunjungi juga:artikelartikelterbaru.blogspot.com
Komentar